Perjanlan Hidup Anak Rantau Bima
Add caption |
Tiada
hentinya aku memohon ampun, tiada henti aku berjanji kepada Allah tuhan ku, dan
tiada henti aku melaksanakan Sholat taubat sebagaimana yang dianjurkan. Ku
melakukan itu semua dengan alasan memohon
ampun dan berjanji untuk tidak mengulangi
lagi kesalahan yang sama. Namun lagi dan lagi hal itu tetap ku lakukan, entah
kenapa dorongan untuk melakukan nya begitu kuat padahal ingin hati berhenti,
padahal efek yang aku rasakan ketika aku berhenti melakukan nya tiga hari saja
begitu luar biasa. Aku merasakan semangat yang luar biasa, aku merasakan
hal-hal menjadi positif, aku dapat berperasaan baik (Khuznuzon), yang
terpenting hati ku bisa menjadi lapang. Sudah sering kali aku rencanakan
hal-hal positif, berbagai alternative cara untuk meninggalkan hal-hal itu. aku
baca dan ku tulis, berbagai tutorial video di youtube aku tonton dan aku
dengarkan dengan seksama, semua berhasil untuk hari pertama dan kedua. Pernah
ku menyusun strategi untuk berhenti dalam kurun waktu waktu satu minggu, dalam
hati aku sudah yakin dan optimis bahwa aku akan berhasil. Akibat dorongan yang
begitu kuat dan setan adalah musuh yang nyata akhirnya tak dapat ku hindari.
Berbagai pengalaman orang-orang yang sama aku baca dan akhirnya mereka berhasil,
namun dalam dua dan tiga artikel yang aku baca semua alur dan maksud nya sama,
dalam pemahaman ku dua tiga artikel tersebut ingin membelokkan ideologi agama
pembaca, karena untuk yang menganut agama islam sendiri tak ada yang
meneceritakan hal itu dalam blog-blog nya sedetail kaum kristiani. Tentu hal
ini adalah sedikit pengecohan bagi pembaca apa lagi kaum awam. Lagi pula yang
beraktor dalam tulisan tersebut ( tiga artikel) mereka yang sudah berkeluarga,
jelas saja mudah, karena memiliki keluarga (istri) apa yang di pusingkan,
berbagi saja (bercerita) dengan istri mu dalam sekejap semua akan selesai.
Permasalahan yang ada pada penulis ini status masih single, jika ingin
mengikuti alur cerita dalam artikel tersebut tentu tidak mungkin. Tidak sedikit
waktu yang aku ambil untuk merenungkan hal-hal tersebut, dan waktu ku banyak
terbuang percuma. Kadang-kadang terlintas bisikan positif dalam kepala bahwa “Aku
yakin semua ini akan berakhir’ dengan bisikan itu aku tersenyum dan berkata dalam
hati semua akan terlewati, Allah tak mungkin mensia-siakan usaha hamba nya.
Lagi-lagi aku berpikir, lalu bagaimana jika aku sudah berjanji untuk tidak
mengulangi tapi masih tetap ku lakukan. Itu pun terjawab oleh kajian yang ku
ikuti bahwa tak ada dosa yang tidak diampuni melainkan dosa syirik, namun dalam
Al-Quran bahwa orang yang masih melakukan hal yang ia sudah berjanji dia adalah
termasuk orang yang melampaui batas. Seketika itu aku sedih dan bingung bagaimana
aku harus kembali ke jalan Allah seperti sedia kala, yang walau dulu iman ku
atas dasar emosional bukan intelektual semata.
Hal
pertama yang dapat aku analisa, bahwa sesuatu yang sudah dilakukan secara
coba-coba pasti akan dan ingin melakukan nya kembali, apa pun itu. Sesaat ku
menyadari dan berusaha berpikir, atas alasan apa aku pertama melakukan ini, ketika aku berpikir
jauh tentang hal itu, aku menyadari dan menemukan kenapa aku melakukan itu
untuk pertama kali nya. Kembali ke memori masa lalu itu pasti ketika aku
mencari alasan awal. Faktor sudah ku temukan bahwa untuk tidak melakukan hal
ini dengan menjauhi yang menjadi pemicu.
Begitu sangat tercerahkan, benar bahwa jika ingin terhindar harus menghindari factor
pemicu. Segala bentuk yang menjadi pemicu langsung saja tinggalkan tanpa
berpikir banyak. Sekarang hari Jum’at 14 April 2016 menjadi saksi bahwa akan ku
lakukan dan tanpa berpikir banyak semua baung saja (pemicu), buang dan jangan
pernah lagi di lihat atau pantau, jika dalam pikiran masih ada buang juga,
karena bisika semua pasti akan terlewati bukan terjadi dengan sendiri nya dan
tinggal menuggu waktu, namun harus dilakukan usaha. Dan usaha terbaik dalam
benak ku tinggalkan semua pemicu tanpa berpikir panjang.
Harapan
besar semoga Tuhan ku Allah masih mau menerima permohonan ampun ku, dan masih
mau menerima ku sebagai hambanya, lebih lebih dapat menerimaku sebagai hamba
beragama islam yang taat dan Allah Kasihi dan Sayangi.
Bukan saja laptop ini yang menjadi saksi, bukan saja ruangan kamar yang ku tempati, bukan saja kasur dan bantal ku, bukan saja buku-buku ku, bukan saja malaikat jika ia melihat, bukan saja pakaian yang aku kenakan, dan bukan saja diriku yang menjadi saksi atas diriku sendiri, tapi Allah menyalksikan ini semua, Allah yang maha sempurna sehingga tak ada satu mahluk pun yang mampu menyerupai nya.
Bukan saja laptop ini yang menjadi saksi, bukan saja ruangan kamar yang ku tempati, bukan saja kasur dan bantal ku, bukan saja buku-buku ku, bukan saja malaikat jika ia melihat, bukan saja pakaian yang aku kenakan, dan bukan saja diriku yang menjadi saksi atas diriku sendiri, tapi Allah menyalksikan ini semua, Allah yang maha sempurna sehingga tak ada satu mahluk pun yang mampu menyerupai nya.
Komentar
Posting Komentar