Surga yang Merana
Alangkah bahagia hidup dengan segala berkecukupan, hidup dengan fasilitas yang di dambakan, hidup dengan peradaban zaman yang semakin maju. Empat benua besar merupakan wilayah Bumi yang berpenghuni, peradaban menurut catatan sejarah mencuat dan meledak ketika kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol) Eropa. Beranjak dari langkah tersebut Eropa menjadi Kiblat Dunia dalam hal peradaban hidup. Afrika, Asia, dan Amerika setelah itu mengikuti. Keanekaragaman hayati dari berbagai wilayah juga beragam. D indonesia khusus nya begitu kaya akan keragaman hayati. Indonesia menempati urutan kedua setelah Afrika dengan kategori keanekaragaman hayati terbanyak di Dunia. Berjejer pulau yang menyambung membuntuklah indonesia. Kekayaan alam yang diberikan oleh negara tercinta ini bukan berarti seluruh rakyat nya makmur dan berkecukupan apalagi hidup serba canggih, yang dapat dikatakan masih jauh dari kata kemajuan/peradaban zaman milinium. Masih banyak daerah-daerah yang tertinggal di Indonesia, bukan saja tertinggal dalam hal mengikuti perkembangan zaman, namun dalam tunjungan pendidikan yang memadai bagi generasi muda masih kurang dan memprihatinkan. BIMA adalah salah satu daerah tertinggal di indonesia. Daerah yang berada di ujung timur pulau Sumbawa dengan luas wilayah, jumlah pendudukan, dan berada di garis katulistiwa,
Bagian dari indonesia yang melengkapai kekayaan Indonesia. Kekayaan akan budaya, kekayaan akan kuliner, serta kekayaan akan flora dan fauna...Sumber Daya Alam dapat dikatakan kaya, namun tidak dengan kapabilitas Sumber Daya Manusia nya, sangat berbanding terbalik. Keindahan alam daerah bima meliputi pantai, pegunungan, hingga aliran-aliran sungai yang damai, baik itu di kota Bima atau Kabupaten Bima. Tentunya tidak asing lagi kedengarannya nama Gunung Tambora yang sekarang sudah berusia Dua abad, berikut penampakan nya:
Sebagaimana yang tercatat dalam Wikipedia Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.
Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19 (Wikipedia).
Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik. Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan pada tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.
Akibat letusan tahun 1815, Gunung Tambora membentuk kaldera kering terbesar di Indonesia dan ketinggiannya berkurang dari sekitar 4.000 meter menjadi 2.850 meter hingga sekarang (Wikipedia).
Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkan sulfur ke stratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global. Metode berbeda telah memperkirakan banyaknya sulfur yang dikeluarkan selama letusan: metode petrologi, sebuah pengukuran berdasarkan pengamatan anatomi, dan metode konsentrasi sulfat inti es, menggunakan es dari Tanah Hijau dan Antartika. Perkiraan beragam tergantung dari metode, antara 10 Tg S hingga 120 Tg S.
Pada musim semi dan musim panas tahun 1816, sebuah kabut kering terlihat di timur laut Amerika Serikat. Kabut tersebut memerahkan dan mengurangi cahaya matahari, seperti bintik pada matahari yang terlihat dengan mata telanjang. Baik angin atau hujan tidak dapat menghilangkan "kabut" tersebut. "Kabut" tersebut diidentifikasikan sebagai kabut aerosol sulfat stratosfer. Pada musim panas tahun 1816, negara di Belahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagai Tahun tanpa musim panas. Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C, cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia. Pada tanggal 4 Juni 1816, cuaca penuh es dilaporkan di Connecticut, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruh New England digenggam oleh dingin. Pada tanggal 6 Juni 1816, salju turun di Albany, New York, dan Dennysville, Maine. Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara. Kanada mengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekat Kota Quebec dari tanggal 6 sampai 10 Juni 1816.
1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunung Huaynaputina di Peru tahun 1600. Tahun 1810-an adalah dekade terdingin dalam rekor sebagai hasil dari letusan Tambora tahun 1815 dan lainnya menduga letusan terjadi antara tahun 1809 dan tahun 1810. Perubahan temperatur permukaan selama musim panas tahun 1816, 1817 dan tahun 1818 sebesar -0,51, -0,44 dan -0,29 °C, dan juga musim panas yang lebih dingin, bagian dari Eropa mengalami badai salju yang lebih deras.
Perubahan iklim disalahkan sebagai penyebab wabah tifus di Eropa Tenggara dan Laut Tengah bagian timur di antara tahun 1816 dan tahun 1819. Banyak ternak meninggal di New England selama musim dingin tahun 1816-1817. Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen di Kepulauan Britania. Keluarga-keluarga di Wales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata di Irlandia utara dan barat daya karena gandum, haver dan kentang mengalami gagal panen. Krisis terjadi di Jerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota di Eropa. Ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.
Beranjak Dari Kolekasi alam eksotis nan menyimpan duka mendalam juga, sejenak melirik potensi laut dan keanegaraman alam lautnya. Salah satu pulau unik di Nusantara yang berada di Bima adalah Pulau Ular, berikut penampakkan nya :
(https://kelompok4komputer.wordpress.com/2012/04/29/keunikan-dan-keindahan-pulau-ular-bima-ntb/) |
Tidak Berhenti Disitu....tidak hanya mengandalkan koleksi alam, namun berbagai situs peninggalan di Bima masih banyak yang tersisa dan di lihat dengan mata telanjang hingga saat ini, diantaranya:
1. Wadu Pa'a (Batu Pahat)
http://sciencemythologi.blogspot.co.id/2011/12/wisata-sejarah-wadu-paa.html |
Dalam berbagai literatur sejarah, Situs Wadu Pa’a merupakan salah satu situs Candi Tebing yang memiliki nilai histrois yang cukup tinggi. Wadu Pa’a merupakan tempat pemujaan agama Budha, atau mengandung unsur Budha dan Siwa. Hal itu diperkuat dengan ditemukannnya Relief Ganesha, Mahaguru, Lingga-Yoni, relief Budha(Bumi Sparsa Mudra), termasuk stupa yang menyerupai bentuk stupa Goa Gajah bali atau stupa-stupa di Candi Borobudur yang berasal dari abad X. Hal itu didukung dengan terteranya Candrasangkala pada prasasti yang berbunyi Saka Waisaka Purnamasidi atau tahun 631 Caka yang disesuaikan dengan tahun 709 Masehi. Ukiran-ukiran pada Wadu Pa`a mempunyai nilai seni ukir yang sangat tinggi, karena media ukirannya bukan di batu biasa akan tetapi tebing-tebing batu. Menuju Wadu Pa`a sangatlah mudah karena dari Sila ke Soromandi, kita tidak menemui kendala yang mengharuskan kita kesasar dengan jalan yang berliku-liku, kita hanya mengikuti jalan satu arah sampai ke Wadu Pa`a. (http://sciencemythologi.blogspot.co.id/2011/12/wisata-sejarah-wadu-paa.html).
2. Doro Raja (Dana Traha)
http://kesultananbima.blogspot.co.id/ |
http://wisatadwijauri.blogspot.co.id/2010/09/dana-traha-bima-ntb.html |
Dana Traha merupakan wilayah pemakaman Kesultanan Bima, terletak di daerah Doro Raja, Kota Bima. Doro berarti Gunung, dan Raja berarti penguasa (Sultan). Cagar ini selalu di rawat agar lestari dari dari bencana alam atau bahkan bencana punah nya sejarah. Di depan areal yang memiliki pagar pembatas, sering dijadikan tempat jogging atau yang sekedar ingin menikmati pemandangan Kota bima dari Puncak. Perpaduan yang indah antara laut dan kota membuat puncak Dana Traha menarik dan tidak pernah sepi pengunjung, terutama yang hobi foto. Suasana pagi segar, sendu dan kita bisa melihat kabut memayungi areal sekitar. Sore sangat indah dengan Sunset, tidak ketinggalan malam hari dengan nuansa kelap kelip lampu dan teluk Bima dimalam hari. Saya katakan wisata yang cerdas, mengunjungi tempat sejarah yang seru juga untuk nongkrong, olahraga, terutama hunting foto.Bagi yang berminat, mari!
Disana sy pernah sempatkan menyusun beberapa baris kata
Teluk menari
Gunung-gunung itu masih berselimut kabut, berpayung awan
Menghirup wangi kebesaran-Mu disini
Sambil kutatap batas air yang mempesona
Disana denting bertalu-talu,
Suara burung, kokok ayam,
Dana mbojo memunculkan girahnya pagi ini
Dari sudut Dana Traha
Kurekam setiap gambar kehidupan yang surgawi
Lukisan alam yang mendebarkan
Duhai, sunyi ini begitu indah
Sepi pagi ini begitu nikmat
Karena pesona alam dari Dana Traha
http://wisatadwijauri.blogspot.co.id/2010/09/dana-traha-bima-ntb.html
3. Masjid Tanpa Mihrab (Nggusu Waru)
https://alanmalingi.wordpress.com/2012/10/31/menyusuri-jejak-islam-di-tanah-bima/ |
http://bujangmasjid.blogspot.co.id/2016/11/masjid-sultan-muhammad-salahuddin-bima.html |
http://kekunaan.blogspot.co.id/2012/03/museum-asi-mbojo-bima.html |
Pada awalnya Museum Asi Mbojo ini merupakan bangunan istana dari Kesultanan Bima. Asi dalam bahasa setempat berarti istana, sedangkan Mbojo adalah sebutan orang-orang (suku) Bima. Sehingga, Museum Asi Mbojo adalah Museum Istana Bima.
Bangunan istana ini dibangun pada tahun 1927 oleh seorang arsitek Belanda bernama Obzischteer Rehatta dan sebagian didesain oleh Sultan Muhammad Salahuddin sendiri (sultan terakhir dari Kesultanan Bima), sehingga konstruksi bangunannya bercorak campuran gaya Eropa dan Bima. Dengan berakhirnya masa kesultanan pada tahun 1951/1952, kemegahan istana ini juga mulai sirna. Pada tahun 1980 di saat pemerintahan Bupati H. Oemarharoen, B.Sc, istana yang hampir runtuh ini segera diperbaiki dan dipugar.
Pada 10 Agustus 1989 bangunan istana ini dialihfungsikan menjadi Museum Asi Mbojo yang diresmikan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat H. Warsito dan Bupati Bima H. Oemarharoen, B.Sc. Lalu, pada 14 Januari 1997 diadakan renovasi dan penataan ulang benda-benda pusaka peninggalan kerajaan yang diresmikan oleh Bupati Bima Adi Haryanto, dan pada bulan Maret 2008 menjadi UPTD Museum Asi Mbojo.
Museum ini memiliki luas bangunan dengan ukuran 6 x 18 meter di mana tanah yang ditempati seluas 167 x 184 meter. Sesuai dengan fungsi bangunan ini sebelumnya, maka ruang pamer untuk memajang benda-benda yang menjadi koleksi museum ini yaitu dengan memanfaatkan beberapa ruangan yang terdapat dalam Istana Bima.
Dengan dipandu oleh petugas museum, pengunjung memasuki ruang pamer dari pintu utama yang berada di sebelah utara. Pada lantai satu, pengunjung bisa melihat koleksi benda pusaka, benda-benda perkakas, dan baju-baju peninggalan masyarakat pada zaman kerajaan dan kesultanan. Dulu, bangunan lantai satu ini merupakan kantor pusat pemerintahan Kabupaten Bima dari tahun 1951 hingga tahun 1960.
Melangkah ke lantai dua, pengunjung akan melihat kamar yang pernah digunakan sultan maupun keluarganya, dan salah satu kamar yang dulu sering digunakan oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, untuk menginap bila sedang berkunjung ke Bima. Di lantai dua ini, lantainya terbuat dari kayu.Beberapa barang yang bisa disaksikan ada yang terbuat dari emas, perak dan tembaga, seperti mahkota, payung, keris, senjata, perlengkapan keris istana dan lainnya. Selain itu, benda- benda yang dipamerkan di Museum Asi Mbojo ini tak hanya berasal dari Kesultanan Bima saja, namun benda-benda purbakala sebelum masa Kerajaan dan Kesultanan Bima. Sesungguhnya museum ini mempunyai banyak koleksi. Hanya saja pengelolaan untuk koleksi ini masih belum tertata dengan baik, dan juga minimnya museum documentary board yang menerangkan dari masing-masing koleksi tersebut.
Museum ini mudah ditempuh dengan moda transportasi umum, baik darat, laut maupun udara. Museum ini berjarak sekitar 25 Km dari Bandara, 2 Km dari Pelabuhan, dan 2 Km dari Terminal. Di depam museum terdapat sebuah tanah lapang atau alun-alun yang dikenal dengan nama Sera Suba. Sera berarti tanah lapang dan Suba berarti perintah. Sehingga, Sera Suba berarti tanah lapang tempat para Raja dan Sultan memberikan perintah terkait kepentingan rakyat dan negeri (http://kekunaan.blogspot.co.id/2012/03/museum-asi-mbojo-bima.html)
Koleksi-koleksi di atas merupakan bagain yang belum terkupas dan di ekspos semua oleh beberapa penulis yang pernah mengunjungi. Tapi jangan khawatir bagi para pembaca yang budiman, dan sudah tidak sabar ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang Bima akan ada Edisi beriku nya, ditunggu saja...
Kembali ke judul di atas, bahwa penulis mengatakan Bima Surga yang Merana,,,pasti pembaca pada bingung tiba-tiba mengatakan bahawa bima surga yang merana padahal baru saja menjelaskan berbagai koleksi indah alam Bima...nah...jika kalian bingung ikuti penjelasan singkat saya di bawah ini :....!!!
Lestari Alam Ku
alam ku yang kaya, alam ku kaya...
alam ku kaya, kaya budaya nya
kaya flora dan fauna
kaya potensi alam
kaya energi alam nya
apakah orang nya kaya ???
iya..!!!
Orang nya kaya, kaya akan Buta Huruf.
SDM yang tidak diiambangi dengan potensi alam, bahkan alam jika bisa berkata....
"kenapa kamu tak mampu melampaui kepintaran ku"
"kenapa kamu tak mampu melampaui kepintaran ku"
namun alam hanya diam...alam hanya bisa memberontak jika ia sudah muak
alam hanya bisa berguncang jika ia lelah
alam hanya bisa berguncang jika ia lelah
alam hanya bisa berteriak jika ia tak kuasa melihat masyarakat Bima yang masih tertinggal...
Bima adalah surga, tapi penghuni nya masih Merana
bagaimana tidak...generasi muda Bima masih banyak yang tidak mampu melanjutkan jenjang studi nya...
bahkan banyak yang hanya tamat di bangku SMP, apalagi SMA....
lantas siapa yang akan mengolah petensi alam ini jika bukan generasi muda...
apakah sampai seterusnya nanti membiarkan asing yang mengelola...
TENTU TIDAK...!!!
bahkan banyak yang hanya tamat di bangku SMP, apalagi SMA....
lantas siapa yang akan mengolah petensi alam ini jika bukan generasi muda...
apakah sampai seterusnya nanti membiarkan asing yang mengelola...
TENTU TIDAK...!!!
Orang bangkit dari keterpurukan, pohon tumbuh dari biji nya,,,tunas tumbuh dari batang yang tercacah....begitulah KAMI yang akan tumbuh dan bangkit...Demi Indonesia yang lebih baik, dan itu Bermula dari daerah masing-masing,,,,,
BIMA........
BIMA........
Komentar
Posting Komentar