Sepenggal Kisah di Rato
Oleh: Wahyuningsih-MHS UII Yogyakarta
Ku buka jendela pagi di
udara yang segar, derup kerap nyanyian burung seakan menyambut datangnya pagi
yang cerah,
dan embun
pagi pun
enggan meninggalkan dedaunan. Mentari pagi mulai memancarkan cahayanya dan
memberikan sebuah senyuman manis pada dunia, cahaya mentari seakan memberikan
arti sebuah hidup padaku di pagi yag cerah ini dimana aku bisa meikmati
indahnya suasana pagi di kampung ini. Ku duduk di tangga rumah seraya
menyaksikan warga kampung rato yang mulai melakukan aktifitasnya sehari-hari
dan ku hirup udara segar sambil ku nikmati suasana indah, nyaman dan asri di
pagi ini. Kemudian aku mencoba turun dari tangga dan melangkah ke pagar rumah,
sejenak ku berdiri untuk melihat beberapa tetangga yang sedang membersihkan
halaman rumahnya dan para petani mulai bergegas
untuk berangkat ke sawah. Ku arahkan pandanganku dari ujung utara hingga
di ujung selatan, ku melangkah keluar
dari halaman rumah lalu ku arungi langkahku. Sepanjang jalan tak satupun aku
melihat warga yang duduk santai di halaman rumahnya, jika ku bandingkan di kota
itu jauh berbeda. Setelah solat subuh warga rato mulai melakukan aktifitasnya
dan mereka sangat memanfaatkan waktu, kalaupun ada warga yang melewati waktu
pagi dengan bersantai-santai, itu hanya sebagian kecil dari warga rato. Setelah
ku berjalan keliling gang aku kembali pulang ke rumah sahabatku yuti. Pagipun
telah berlalu, cahaya mentari begitu cerah dan rasanya tak ingin ku lalui waktu
pagi yang cerah ini.
Setelah ku arungi pagi yang begitu
indah, aku melangkah ke dapur dan membantu mamanya yuti menyiapkan makanan
untuk kami hidangkan di pantai papa karena hari ini kami berencana akan pergi
ke pantai papa. Setelah itu aku menyapu rumah sebentar, setelah semuanya beres
aku bergegas untuk pergi mandi. Selesai mandi aku naik ke atas rumah dan ku
duduk di kursi sambil menunggu sahabatku yang mandi, yaitu lina. kamipun telah siap
untuk berangkat ke papa, rasanya aku ingin cepat-cepat sampai ke pantai papa,
walaupun aku sudah pernah ke pantai papa tapi aku belum puas dengan keindahan
pantai papa. Sepanjang perjalanan ke pantai papa aku menikmati keindahan alam,
pohon-pohon yang begitu rindang dan langit yang begitu cerah membuat
perjalananku ke papa semakin indah dan menakjubkan. Berliku-liku jalan ku
arungi untuk pergi ke papa, mataku di buat kenyang oleh pemandangan indah yang
menyejukkan.
Sekian lama dalam perjalanan
akhirnya kamipun sampai di pantai papa. Aku melihat tidak begitu banyak orang
yang datang berlibur, tidak seperti biasanya, pantai papa yang selalu menjadi
kunjungan orang-orang kini terasa sepi. Tapi tak mengapa, tidak ada orang yang
datang berlibur, itu tidak akan mengubah keindahan pantai papa dan hatiku tetap
senang. Aku berjalan-jalan di pinggir pantai, menyaksikan ombak yang
bergulung-gulung membasahi bibir pantai sambil ku pandangi gunung-gunung yang
tinggi menjulang dan di hiasi oleh untaian lereng-lerengnya yang sangat
panjang. Disini aku dapat merasakan betapa indahnya alam yang terciptakan sang
kekasih sejati sehingga tak ada satupun tandingannya yang dapat menyaingi
ciptaanNYA, dan dapat di kagumi oleh seluruh insan di dunia. Semua ini membuat
hatiku merasa kagum dan hatikupun menerawang. Ku hampiri teman-temanku yang
sedang duduk di bawah pohon yang rindang, teman-teman meminta ingin
berfoto-foto,akhirnya aku berfoto-foto bersama mereka. Selain senang dengan
keindahan pantai papa, aku juga senang bisa bersenang-senang dengan teman-teman
di rato dan ku lalui waktu bersama mereka dengan canda tawa. kami makan-makan
bareng dan tersenyum sambil menatap wajah teman-teman yang penuh keceriaan.
Gerimis turun seakan membuat suasana menjadi kacau, aku berteduh di bawah pohon
rindang bersama teman-teman. Gerimis tak ku hiraukan, aku tetap asyik bercanda
dengan teman-teman hingga tak terasa gerimis berhenti dengan sendirinya. Menit
demi menit telah ku lewati dengan bersendau gurau bersama teman-teman. Dan
waktunya kami untuk kembali pulang ke rumah sahabatku yuti. Dalam perjalanan
pulang aku dapat merasakan betapa berartinya waktu hari ini, aku dapat
bersenang-senang dan bermain-main dengan teman-teman, kamipun sampai di rumah,
aku turun dari motor dan bergegas masuk ke halaman rumah dan aku langsung
melepaskan lelahku yang di iringi kesenangan di serambi rumahnya yuti bersama
teman-teman. Sejenak kami istirahat sambil berbincang-bincang. Dua orang
temanku pamitan pulang ke rumahnya dan kamipun bergegas untuk pergi mandi.
Selesai mandi aku mengajak yuti dan lina untuk pergi melihat kuburan, kamipun
berangkat melihat kuburan, sesampainya di kuburan aku langsung naik ke atas dan
aku bisa melihat keindahan kampung rato dari ketinggian. Rumah-rumah warga yang
berjejeran rapi semua dapat ku lihat dari atas, sungguh pemandangan yang begitu
indah. Lagi-lagi hujan datang mengganggu kesenanganku, aku sedikit kesal karena
tidak bisa menikmati keindahan begitu lama. Akhirnya aku mengajak yuti untuk
kembali pulang. Sesampainya kami di rumah, tiba-tiba bapaknya yuti mengajak
kami untuk pergi ke diwu moro. Mendengar ajakan itu hatiku terasa senang karena
tujuanku ke rato ialah ingin melihat diwu moro juga. Kamipun berangkat, rasanya
hatiku sungguh riang tak terkira. Akhirya,,,,,,,,,,,,,,,,,aku bisa pergi ke
diwu moro. Perjalanan ke diwu moro cukup jauh dan melelahkan, apalagi jalananya
yang rusak, becek dan hujanpun tak henti-hentinya turun seakan-akan ingin
menghalangi perjalanan kami di diwu moro. Tapi semua itu tak di hiraukan, kami
tetap terus melanjutkan perjalanan walau hujan membasahi tubuh, sesampainya di
diwu moro aku langsung turun dari motor dan berjalan-jalan sambil melihat air
diwu moro, sungguh luasnya diwu moro dengan pemandangannya yang indah,,,aku
merasa kecil di buatnya. Ku naik ke tangga dan berdiri di atas gunung lalu ku
jelajahi air diwu moro dari ketinggian. Begitu sejuk udara di diwu moro, hujan
turun dengan deras, kami berteduh sebentar sambil berbincang-bincang seputar
tentang diwu moro. Ternyata bendungan diwu moro ini di bangun selama 4 tahun,
sungguh luar biasa dan sangat ku kagumi. Bendungan yang sangat luas mampu di
bangun dengan waktu 4 tahun dengan hasil yang indah nan unik. Hujan berhenti
dengan sendirinya dan kamipun pulang. Tak henti-hentinya hujan mengiringi
perjalanan pulang kami hingga sampai di rumah. Pagi berganti siang dan siang
berganti sore.
sore telah berlalu dan malampun
mendekat, sang surya melipat keemasannya meninggalkan padang rumput. Hari ini aku
bisa menikmati semua keindahan di rato, dan hari ini menjadi hari yang
bersejarah dalam hidupku. Rasanya tak ingin ku lalui hari yang bersejarah ini.
Ku nikmati malam ini dengan kebersamaan, enggan ku meninggalkannya. Malam kian
larut dan saatnya kami kembali ke peraduan agar bisa menyambut datangnya pagi
yang segar dengan penuh semangat dan keceriaan. Setelah semalaman beristirahat,
pagipun bersambut. Aku kembali manikmati waktu pagi dengan cerah. Hari ini
(senin-27/12/2010) adalah hari terakhirku di kampung ini dan saatnya aku
kembali pulang. Sebelum tiba waktunya aku untuk pulang, aku menghabiskan waktu
pagi untuk berjalan-jalan keliling kampung rato. Tidak ada satu gangpun yang ku
lewati dan semua gang telah ku jelajahi. Ketika ku melewati 1 rumah rasanya
hatiku begitu senang dan kakiku enggan untuk melangkah pulang. dimana aku
sedang melewati rumah kekasih hatiku. Ku lewati dari satu rumah ke rumah yang
lain, ku cium dinding yang satu ke dinding yang lain, mencintai rumah bukan itu
yang ku harapkan, yang ku dambakan adalah si penghuninya. Tiba-tiba seorang
gadis muncul dan memanggilku, gadis yang berjilbab dan berkulit putih itu
ternyata adik si idaman hatiku. Aku jadi salah tingkah di buatnya, bibirku
seakan sulit untuk mengeluarkan kata-kata. Aku hanya bisa memberikan seutas
senyuman di hadapan adiknya. Diapun menyapaku dengan sebuah senyuman manis di
bibirnya. Aku bahagia bisa bersilaturahmi dengan keluarganya. Ku lanjutkan
langkahku sambil ku tersenyum bahagia. Sesampainya aku di rumahnya yuti, ku
baring-baring sejenak sambil nonton TV, tak terasa aku ketiduran. Lina
membangunkanku karena waktunya kami kembali pulang, kamipun pergi mandi dan
membereskan semua pakaian. Aku dan lina pergi berpamitan ke rumah kekasih
hatiku. Sesampai di halaman rumahnya aku merasa dek-dekan dan malu ketika ku
melihat ibunya yang sedang duduk di pintu rumah. Lina memanggil k’ros, k’ros
turun dan menyuruhku untuk masuk. Ketika ku berdiri di bawah tangga aku merasa
tidak enak dengan ibunya yang duduk di atas pintu rumahnya. Aku, lina dan k’ros
bercaka-cakap sebentar. Setelah beberapa menit aku berpamitan pulang kepada
k’ros dan ibunya. Ku langkahkan kakiku dengan cepat-cepat keluar dari halaman
rumahnya dan kembali ke rumahnya yuti. Kami berpamitan pulang pada orang tuanya
yuti. Aku merasa senang bisa berlibur di rato dan waktu ini tak akan pernah ku
sesali. Liburan ini akan ku jadikan sepenggal kisahku dan ini adalah momen yang
paling bersejarah selama hidupku dan akan ku ingat selalu. Sampai jumpa kampung
rato.....aku akan selalu merindukan kampung yang indah dan lingkungan yang asri
ini.
SEE YOU NEXT TIME!!!!!
Komentar
Posting Komentar